Jumat, 18 Januari 2008

Tahun Baru Islam 1429 H

Detik berganti menit, jam bersambung hari, minggu bersambut bulan dan tahun-tahun terus mengalir, suka atau tidak, zaman memiliki lajunya sendiri sementara manusia hanya dapat memilih, dengan cara apa ia menjalani waktunya.
Tahun baru adalah sebuah momentum yang diciptakan manusia melalui perhitungan-perhitungan buatan yang mengidentikkan mereka terhadap sejarah masa lalu yang dilalui oleh para pendahulu mereka. Makna hijarah adalah perubahan, seperti yang dilakukan Rasulullah SAW dan para sahabat yang melakukan hijrah dari Mekah ke Madinah dan kemudian kemabali lagi ke Mekah dengan peristiwa yang disebut Fathu Mekah (pembebasan kota Mekah). Tentu perubahan yang terjadi haruslah mengarah kepada hal yang lebih baik, kualitas yang lebih baik.
Prinsipnya, hari ini harus lebih baik dari kemarin, dan hari esok harus lebih baik dari pada hari ini. Barang siapa yang hari ini lebih baik dari hari kemarin, beruntunglah dia. Dan barang siapa yang hari ini sama dengan hari kemarin, merugilah dia. Tapi, barang siapa yang hari ini lebih buruk dari kemarin, bangrutlah dia. Begitu agama Islam mengajarkan umatnya untuk senantiasa memperbaiaki amal ibadahnya setiap waktu.
Untuk bisa memperbaiki diri, semua pihak harus melakukan perubahan. tak cukup hanya perubahan, kalau menurut saya, tetapi melakukan revolusi. Semuanya harus merevolusi diri menjadi lebih baik, sehingga tercapai yang terbaik. kalau setiap individu melakukan revolusi diri sehingga mencapai kondisi yang terbaik bagi dirinya, dengan sendirinya akan tercapai kondisi bangsa yang leih baik.
Maka selayaknya, sebagai seorang Muslim sejati, kitapun semestinya merencanakan seluruh aktifitas kita terintegral dalam penanggalan hijriyah, penanggalan khas Muslim Nusantara. Sehingga Islam merasuk ke dalam setiap tarikkan nafas kita, menelusup ke dalam seluruh sendi yang menggerakkan seluruh badan, sebagai individu maupun masyarakat. Demikian akan timbul kesdaran yang benar mengenai permulaan Tahun Baru Hijriyah ini, demi membangun tekad baru untuk meningkatkan ketakwaan dan ketaatan kepada Allah.
Pada tanggal I Muharram kita menyakaksikan rangkaian momentum peralihan waktu yang ditandai oleh pergeseran alam, yaitu munculnya bulan sabit tahun baru di ufuk barat. Darai sini kita kemudian mengidentifikasi diri sejalan dengan irama alam. Meskipun peristiwa alam ini serupa dengan yang terjadi pada 345 hari yang lalu, namun ia merupakan penanda untuk membedakan hal-hal yang terjadi disekitar kita saat ini.
Kembali kita rayakan Tahun Baru Hijriyah, I Muharram 1429. Beberapa kegiatan keagamaan digelar untuk menyambut kedatangannya, mulai dari Dzikir, Festival budaya islam, perenungan, dan sebagainya.
Semangat dari berbagai kegitaan tersebut adalah bentuk mengingatkan kita akan penanggalan Islm. Tetapi, yang tidak kalh penting adalah menyegarkan kembali ingatan kita kepada suatu peristiwa besar, yakni hijranya Rasulullah SAW dan para sahabat dari Mekah ke Madinah.
Bersamaan dengan momentum tahun baru Hijriyah ini, marilah kita merenung, bercermin diri, mawas diri terhadap apa yang kita lakukan selama ini. Kontemplasi semestinya menyadarkan kita harus bersama satu kata satu perbuatan untuk melakukan hijrah, melakukan perubahan. Pemerintah juga harus melakukan hijrah dengan membuat kebijakan yang prorakyat. Kita perlu hijrah untuk mewujudkan kehidupan masyarakat yang lebih baik.
Harapan di Tahun Baru Hijriyah
Setiap orang atau kelompok berharap terjadinya perubahan menuju kehidupan yang lebih baik. Harapan itu sering dikaitkan dengan peristiwa tertentu baik melalui hari suci atau juga perubahan waktu seperti datangnya tahun baru. Tiap tahun baru selalu diiringi dengan harapan baru. Berbeda dengan beberapa tahun lalu harapan itu ditumpahkan sedemikian rupa disertai optimisme, atau lebih tepat disebut katarsis yang penuh eforia.
Berkaitan dengan hadirnya tahun baru masehi atau tahun baru Hijriyah yang orang banyak menghaapkan perubahan, maka perubahan bisa direncanakan dengan mempersiakan prakondisinya. Ini perlu langkah-langkah drastis dengan mengubah kebiasaan lama yang malas dan tidak jujur dengan membangun etos baru, kerja keras disertai kejujuran. Perubahan tidak terjadi dalam sekejap, akan berkembang melalui proses yang bertahap.